Breaking News

:: PUSING MENCARI AGEN BOLA SBOBET YANG TERPERCAYA :: KAMI SARANKAN UNTUK BERGABUNG DENGAN AJOBOLA.COM - AGEN RESMI SBOBET YANG BERTEMPATAN DI FILIPINA :: YOU WIN WE PAY ! ::

Terbaru, Peajaran Dari Guru Biologi

Cerita Dewasa Terbaru Pelajaran Dari Guru Biologi – Aku segera melepaskan sabukku, Cathrine menyusupkan jarinya memegang karet kolor celana pendeknya dan berhenti menungguku. Aku segera melepaskan kancing kemeja dan terus melepas celana jeanku. Kemaluanku yang tegang langsung tampak mencuat dari dalam celana dalamku. Tiba-tiba mukaku merah padam, ternyata Cathrine belum melepas celana pendeknya.


“Hey! Ayo! Kamu kan janji bersama-sama!”
“Oh, maaf. Aku lupa,” kata Cathrine sambil sorot matanya tidak lepas dari tonjolan kemaluanku di celana dalamku.
Cathrine kemudian berbaring sambil melepas celena pendeknya melewati pinggulnya yang bulat indah. Tubuh kami berdua sekarang tinggal dibalut oleh celana dalam. Aku benar-benar kagum dengan kemulusan kulit tubuhnya bagaikan kulit bayi, kuning kemerahan dan halus sekali.
“Siap,” kata Cathrine.
“OK,” kataku mantap.
Aku benar-benar sudah tidak sabar lagi melihat tubuh seorang wanita yang telanjang bulat di depanku. Dan… Hal itu benar-benar menjadi kenyataan ketika Cathrine pelahan-lahan melepas celana dalamnya, bersamaan dengan kuturunkan celana dalamku melewati kakiku.
Dan kemudian kami berdua sama-sama terbengong-bengong melihat tubuh telanjang di depannya. Kulit tubuh Cathrine benar-benar mulus, lekukan tubuhnya benar-benar mempesona. Ketika sudut mataku melihat ke Cathrine, kulihat wajahnya merah padam dan sorot matanya menjelajahi seluruh tubuhnya. Sepertinya wajahnya jadi semakin cantik dan oohhh… Sepasang bukit di dadanya benar-benar mengagumkan dan menggetarkan hatiku, tapi… Bagian bawahnya… Kulihat rambut kecil-kecil halus berwarna pirang menutupi cembungan dipangkal pahanya. Tapi tidak ada lagi yang bisa kulihat, sepertinya semuanya tersembunyi dibalik rambut halus itu.
“Wow,” seru Cathrine.
“Berbaringlah terlentang, aku ingin bisa melihatnya dengan jelas.”
Aku tidak bisa menolaknya, aku terlentang sambil memperhatikan Cathrine. Dia bergeser mendekati diriku. Sepasang bukit dadanya ikut bergoyang, pemandangan yang menakjubkan sekali. Aku tidak memperhatikan tangannya sampai ketika jari-jarinya mengelus batang kemaluanku dengan lembut.
“Oh besar sekali, keras, tapi kulitnya lembut sekali.” kata Cathrine sambil tangannya menjelajahi seluruh bagian kemaluanku, meremas dan mengusap-usapnya dengan lembut.
“Ouchh!” erangku. Sepertinga tubuhku melambung tinggi…
“Benar-benar luar biasa,” desis Cathrine benar-benar terpesona menyaksikan kemaluanku yang tegang kukuh dan keras. Kurasakan jari-jari Cathrine mengocok-kocok batang kemaluanku naik turun dengan penuh gairah. Aku tidak pernah melihat kemaluanku menjadi sebesar itu, sepertinya kemaluanku telah mengembang secara maksimal. Mataku tertutup rapat-rapat… Mulutku mendesah-desah tanpa dapat kukendalikan lagi,
“Ooohhh… Aaahhh…” aku benar-benar tidak pernah merasakan senikmat ini.
“Kau senang aku beginikan?” bisik Cathrine dengan suara genit.
Gerakan tangannya naik-turun semakin cepat sampai pinggulku terangkat-angkat menahan nikmat dan geli luar biasa. Akhirnya aku tak dapat menahan lagi, dengan diiringi teriakkan nyaringku, air maniku meledak dan menyembur kuat keudara beberapa kali. Inilah untuk pertama kalinya aku mengalami puncak kenikmatan. Cathrine juga berteriak tertahan dan meloncat menjauhiku, wanita ini benar-benar terkejut melihat air maniku yang begitu dasyat menyembur keudara dan sebagian jatuh menimpa tangan, paha dan dadanya.
Beberapa saat aku terkulai lemas. Sepertinya aku sempat tak sadar beberapa detik. Begitu pula Cathrine, wanita ini terbengong-bengong melihat kejadian yang benar-benar tak pernah terbayangkan olehnya.
“Apa… Apa yang terjadi??” kata Cathrine terbata-bata.
“A… A… Aku tidak tahu. Aku tidak pernah mengalami seperti ini sebelumnya.” kataku tergagap-gagap.
Setelah berpikir beberapa saat Cathrine berkata pelan.
“Aku tahu. Kau mengalami puncak kenikmatan.” katanya sambil mengusap-usap cairan kental air maniku yang berhamburan kemana-mana.
“Ini adalah air mani. Tapi aku benar-benar tidak menduga proses keluarnya begitu luar biasa.”
“Yeah, memang sangat luar biasa. Aku merasakan kenikmatan yang luar biasa dan sulit kugambarkan.” kataku. Cathrine tertawa genit.
“Itu karena aku! Aku yang membuatmu sampai puncak kenikmatan! Tadinya aku khawatir, kau mengerang-erang seperti kesakitan.”
“Yeah. Benar-benar luar biasa. Jari-jari tanganmu juga luar biasa” kataku sambil melihat tubuh moleknya yang telanjang bulat. Dan akupun tak ingin membuang tempo lagi.
“Hey. Sekarang gantian aku!! Cepat kamu berbaring” kataku.
“Tapi… Tapi kau pelan-pelan ya??” kata Cathrine.”Aku takut.”
“OK, jangan khawatir, aku tak akan menyakitimu.”
Ya Tuhan, inilah hari bersejarahku sebagai seorang laki-laki. Dihadapanku berbaring terlentang sesosok tubuh wanita yang luar biasa cantiknya telanjang bulat. Mataku benar-benar termanjakan dengan pemandangan yang benar-benar menakjubkan.
Pelahan-lahan kuusap cairan air maniku yang menempel di bukit kecil di dada Cathrine. Tanganku sampai gemetaran meraba kulit kenyal dan halus di sepasang bukit indah itu. Puttingnya yang kecil jadi mengeras ketika tanganku mengelus-elusnya. Apalagi ketika putting itu kepegang dan kupilin-pilin lembut, Cathrine mengerang lembut. Hatiku sampai berdesir mendengar erangan aneh itu. Sepertinya mengandung kekuatan magis yang membangkitkan kembali gairahku.
Kuturunkan tanganku menelusuri perutnya kebawah sampai daerah pangkal pahanya. Kuusap-usap rambut halus pirang disana. Rambut yang panjangnya sekitar 1/4 inci itu sangat lembut. Aku tidak menduga didaerah itu bisa tumbuh rambut. Ujung jariku kususupkan ke celah-celah yang membelah vertikal gundukan kecil di pangkal pahanya. Daerah itu ternyata basah oleh cairan lendir.
“Buka lagi pahamu, aku tidak bisa melihat apa-apa disini.”
Ketika Cathrine membuka lagi pahanya, tampaklah celah-celah yang berwarna pink yang mengkilat basah oleh cairan lendir.
“Wow!!!…”
Benar-benar pemandangan yang luar biasa, aku tidak pernah membayangkan seperti itu bentuk kemaluan seorang wanita. Kudekatkan wajahku agar bisa melihat lebih jelas daerah misterius yang sudah lama ingin kulihat. Kucium aroma khas yang segar dan juga cukup harum. Kukita Cathrine sangat rajin membersihkan daerah itu. Tapi kembali aku tak bisa melihat apa-apa selain celah vertikal yang tertutup. Dengan hati-hati kususupkan jari-jariku kebibir vertikal yang cukup tebal itu, kurasakan kebasahan dan kehangatan didaerah itu.
Pinggul Cathrine terjungkit-jungkit setiap kali kugosok celah-celah itu, bibirnya setiap kali juga mengeluarkan desahan-desahan aneh yang merangsang pendengaran, apalagi ketika ujung jariku menyentuh tonjolan clitorisnya. Sepertinya daerah tersebut sangat sensitif seperti juga sulit kemaluanku, dan Cathrine juga merasakan nikmat yang tak kalah bebatnya seperti ketika Cathrine mengusap kemaluanku. Aku jadi semakin bersemangat menggerakkan jariku menyusuri celah-celah itu.
Akhirnya mataku melihat lubang kecil berwarna merah muda dibawah tonjolan clitorisnya. Dari lubang itulah cairan bening itu keluar. Lubang itu cuma sebesar ujung jari kelingkingku. Aku yakin itulah yang disebut kemaluan yang tadi ditunjuk oleh Cathrine, dan di buku dikatakan bahwa kemaluan dimasukkan ke lubang itu. Tapi koq begitu kecil? Kumasukkan ujung jariku ke lubang itu, terasa hangat dan ketika kugerak-gerakkan tiba-tiba aku sangat terkejut, sepertinga ujung jariku terhisap oleh lubang itu. Aku jadi penasaran sekali, ketika akan kumasukkan lagi tiba-tiba Cathrine membentakku.
[ GABUNG SEKARANG BERSAMA AGEN BOLA SBOBET RESMI ]
“Hey! Apa yang kamu lakukan?!” katanya sambil melompat ketika ujung jariku kumasukkan lebih dalam.
“I just want to see what it feels like.”, I said, still pushing. Now, it was past the first knuckle.
“Aku hanya ingin tahu lubang apa itu.”, kataku sambil terus mau memasukkan ujung jariku lagi.
“Cut it out!” she was squirming. I kept pushing. She moaned and said again, but more softly,
“Keluarkan cepar keluarkan.” kata Cathrine panik.
Ujung jariku seperti menabrak suatu dinding dan ketika kudorong lagi.
“Auw.. aduh stop!!” Jerit Cathrine kesakitan. Dengan gugup kutarik ujung jariku keluar lubang kecil dan sempit itu.
“Itukan lubang dimana kemaluan dimasukkan bukan??” kataku mencari kepastian.
“Mungkin.”
I started pushing my finger into her again,”Does it feel like a kemaluan?”
Aku memulai mendorong lagi jariku ke dalam lubang itu,
“Apakah seperti dimasukkan kemaluan?” tanyaku lagi. Pinggul Cathrine kembali menggeliat-geliat.
“Aduuhhh stop, stop please!” Rintih Cathrine.
Aku ingat ketika singa jantan memasukkan kemaluannya kekemaluan singa betina. Tapi Cathrine sepertinya merasa kesakitan dan keenakan sekaligus. Kini jariku kugerakkan keluar masuk. Lubang itu begitu sempit dan ketat menjepit ujung jariku. Cairan lendir semakin banyak keluar. Kulihat Cathrine tidak lagi kesakitan, cuman mulutnya tak henti-hentinya mendesis keenakan dan tubuhnya menggeliat-geliat begitu menggairahkan… Sampai tiba-tiba tubuhnya menggigil dan mengejang,
“Aaahhh… Ooohhh,” jeritnya nyaring sambil menarik tanganku dari liang itu.
“Apa yang terjadi???” tanyaku keheranan.
“Entah, ahhh.” Desah Cathrine dengan nafas tersegal-segal.
“Mungkin aku puncak kenikmatan,” bisik Cathrine sambil tersenyum manis sekali.
“Ohhh, kupikir memang benar kemaluan harus dimasukkan ke lubang itu,” kataku, “Tapi aku tidak yakin lubang itu terlalu kecil untuk ukuran kemaluan.”
“Kenapa tidak?” kata Cathrine sambil melihat kemaluanku yang mulai membesar dan menegang lagi.
“Kemaluan terlalu besar. Ujung jariku saja sudah sulit masuk, apalagi kemaluan yang ukurannya jauh lebih besar dan panjang.”
Cathrine meraih kembali kemaluanku.
“Yeah aku tahu maksudmu.”
Dia memperhatikan kemaluanku dengan seksama sambil mengusap-usapnya. Sepertinya dia sangat sangat tertarik dan menyukai kemaluanku itu, seperti barang antik yang sangat berharga.
“Jika tidak cukup, paling tidak kita bisa mencobanya untuk meyakinkan samapi sejauh mana.” kata Cathrine sambil melirik ke arahku, senyuman genis tersungging dibibirnya.
“Apa kau pikir cukup aman?” tanyaku ragu-ragu. Tentunya aku sangat senang melakukannya, tapi aku khawatir Cathrine akan kesakitan.
Cathrine kembali berbaring terlentang dan pahanya dibuka lebar.
“Yakin. Bila tidak muat dimasukkan ke dalam milikku, maka kita akan mencari cara lainnya. Apapun juga kamu bisa ejakulasi, dan itu tidak akan menbuatku hamil karena tidak masuk ke dalam.”
Aku segera menempatkan pinggulku diantara kedua pahanya. Terasa hangat, basah dan lembut. Kugerak-gerakkan ujung kemaluanku untuk menemukan lubang itu, begitu menyentuh lubangnya, kutekan sedikit, kemudian kugerakkan pinggulku sambil terus menekan. Sepasang bukit dadanya mengeras, putingnya menusuk dadaku. Kedua tangannya merangkul leherku. Kami kembali berciuman. Tubuh kamu saling menekan dan menggesek.
Cathrine ketawa genit sambil berbisik, “Aku sangat senang kamu ada disini, dalam posisi seperti ini,” katanya sambil memelukku dengan mesra sekali.
Kami terus saling menggesek dan menekan, tangan kami juga saling mengelus dan meremas-remas. Nafas kami semakin cepat dan tubuh kami juga semakin panas, peluh kami mulai membasahi tubuh kami. Ini benar-benar luar biasa. Gesekan-gesekan itu demikian nikmatnya. Tapi usaha kemaluanku untuk masuk ke lubang itu selalu gagal.
“Masih belum bisa masuk?” Bisik Cathrine.
“Coba kutekan agak keras lagi,” kuangkat sedikit pinggulku, kemudian kutekan keras, tapi ternyata malah meleset kesamping.
“Uhhh…” desis Cathrine.
“Coba kubantu,” bisik Cathrine sambil tangannya meraih batang kemaluanku, kemudian ditempatkan tepat di gerbang liang kemaluannya.
“Tekan!!” kata Cathrine.
“Yeah,” kataku sambil menekan pinggulku cukup kuat.
Kuangkat sedikit lagi, kembali kutekan lebih keras sambil tangan Cathrine mengarahkan kemaluanku. Kurasakan liang itu semakin mengembang dan tiba-tiba sebagian ujung kemaluanku berhasil melesak ke dalam.
“Stop!” teriak Cathrine.
“Ohhh…” keluhku, sambil menghentikan gerakanku.
Kepala kemaluanku yang bulat sudah berhasil masuk keliang kemaluan Cathrine. Begitu ketatnya liang itu seperti mengunci ujung kemaluanku.
“Ujung kemaluanku sudah berhasil masuk,” bisikku.
“Ya, aku tahu. Aku dapat merasakannya.” kata Cathrine.
Pelahan kutarik sedikit kemaluanku pelan-pelan, kemudian kutekan lagi dengan tekanan lebih kuat. Begitu kulakukan berulang-ulang sampai ujung kemaluanku tiba-tiba menabrak kuat dinding penghalang disana.

“Ahhh, stop, kita sebaiknya berhenti, ohhh jangan!” kata Cathrine terbata-bata.
Meskipun mulutnya mengatakan jangan, tapi kurasakan pelukan Cathrine malah semakin erat, dan pinggulnya pun bergerak mengimbangi tusukannku.
“Kita sebaiknya berhenti… Kita, ohhh stop!” rintih Cathrine.
“Yeah.” kataku, tapi kemaluanku tidak mau berhenti. Tekanan pinggulku makin lama makin kuat sehingga akhirnya…
“Aaahhh… ADUH!!! Ohhh… Aaahh,” jeritan Cathrine melengking kuat ketika kemaluanku berhasil menembus benteng penghalang itu. Batang kemaluanku tenggelam seluruhnya ke dalam liang yang sudah tidak perawan lagi, sampai bola testicle-ku menekan pangkal pahanya. Jeritan Cathrine dan cengkeraman kukunya mencengkeram kuat di pundakku dan pahanya memeluk kuat kuat pinggulku membuatku benar-benar terkejut.
“Aduh! stop, stop!” jerit Cathrine.
Kurasakan jepitan liang kemaluan Cathrine yang begitu kuat dan ketat sekali, kurasakan juga denyutan-denyutan dinding liang itu seperti menyedot kemaluanku, dan kurasakan kehangatan disana.
“Cathrine. Kemaluanku sudah masuk semua.” kataku sambil terengah-engah.
“I can tell. It hurt. A lot.”
“Aku bilang stop! Sakit sekali tahu!” bentak Cathrine. Kulihat wajahnya merah padam dan air matanya mengalir membasahi pipinya.
“Maafkan aku Cathrine. Aku tidak bisa mengendalikan diriku.”
“OK. Bisa kamu tarik keluar sekarang?”
“OK…” Aku cabut kemaluanku pelan-pelan, Cathrine merintih, kutekan lagi pelan-pelan dan kembali kutarik lagi sedikit. Kurasakan sesasi gesekan antara kemaluanku dan dinding liang kemaluan Cathrine begitu luar biasa nikmatnya. Tubuhku sampai menggigil menahan geli dan nikmat yang teramat sangat.
“Cathrine, sebaiknya jangan dilepas,” bisikku.
“Ya, aku tahu…” desah Cathrine sambil menggerakkan pinggulnya keriri-kanan mengikuti gerakan pinggulku. Tangan Cathrine kembali memelukku erat-erat. Seperti juga aku, sepertinya Cathrine juga merasakan sensasi kenikmatan yang sangat luar biasa. Dia ingin menghentikannya, tapi kenikmatan itu sangat sayang untuk dilewatkan begitu saja. Dan tiba-tiba kembali tubuh Cathrine mengejang sambil mengerang cukup keras, ketika Cathrine mencapai puncak kenikmatannya yang kedua kali. Cathrine sepertinya mengatakan sesuatu kepadaku, tapi tidak jelas, akhirnya ia menggigit pundakku.
Diding liang kemaluannya berdenyut-denyut kuat, membuat kemaluanku tersedot-sedot dan sepertinya aku juga tidak kuat lagi menahan diri. Kutekan kemaluanku dalam-dalam dan…
“Aaahhh…” air maniku menyembur kuat berkali-kali didasar liang kemaluan Cathrine.
Entah berapa lama kami terkulai sambil berpelukan, kemaluanku masih tertanam diliang kemaluan Cathrine…
Ketika kami sadar, segera kutarik kemaluanku yang sudah mengecil itu. Kulihat cairan air maniku bersama cairan kemaluan Cathrine berhamburan dimana-mana. Dan cairan itu berwarna merah… Memang benar-benar darah Cathrine yang bercampur cairan air mani.
“Ya ampun, Cathrine, aku benar-benar melukaimu, maafkan aku Cathrine,” seruku panik.
“Ohhh tidak!” jerit Cathrine sambil melihat ke kemaluannya.
“Kamu ejakulasi di dalam lubang kemaluanku!! Kau masukkan air manimu di dalam! Aduh, kamu bisa membuatku hamil!!!”
Cepat-cepat kuperiksa kemaluan Cathrine. Tidak kelihatan ada luka disana, tapi darah keluar dari liang kemaluannya. Aku yakin, pasti bagian dalam liang kemaluan itu ada yang luka.
Akhirnya kami memutuskan untuk tidak menceritakan kepada orang lain kalau Cathrine sembuh nanti. Kami cuman bisa menunggu untuk melihat apakan Cathrine hamil atau tidak. Kami segera berpakaian dan aku segera lari pulang kerumah. Sampai beberapa minggu kami berdua dihinggapi perasaan takut. Dan Cathrine pun sepertinya takut untuk menemuiku. Dia selalu menghindar kalau melihatku.
Kami memang tidak pernah menceritakan kejadian itu kepada orang lain, dan kami juga tidak pernah melakukan hubungan sex lagi, tapi kami masih berteman sampai beberapa tahun, sampai akhirnya aku pindah ke Denver. Tapi aku tidak pernah melupakan hari bersejarah yang sangat menakjubkan itu!!!

No comments